Selasa, 06 November 2012

“Masyarakat Desa dan Masyarakat Kota dalam Pembangunan Bangsa Indonesia”


Sejak pemerintahan Orde Baru sampai sekarang, gonjang-ganjing mengenai peningkatan taraf hidup petani di pedesaan selalu mengalami dinamika. Apapun kebijakan pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup petani, seringkali menuai kritikan dan kontroversi dari berbagai pihak. Banyak kalangan yang mengatakan petani sebagai"wong cilik" yang kehidupannya semakin tertindas dan harus menjadi tumbal atas kebijakan perekonomian pemerintah. Kita lihat kembali bagaimana kebijakan penentuan harga dasar gabah, pengurangan subsidi pupuk, mahalnya harga bahan bakar dan baru-baru ini kebijakan import yang dirasa tidak ber pihak pada kepentingan dan kesejahteraan petani.
Disisi lain, pembangunan nasional juga menciptakan kesenjangan antara desa dan kota. Banyak peneliti yang sudah membuktikan bahwa pembangunan semakinmemperbesar jurang antara kota dan desa. Sangat disadari, negara berkembang seperti Indonesia mengkonsentrasikan pembangunan ekonomi pada sektor industri yang membutuhkan investasi yang mahal untuk mengejar pertumbuhan. Akibatnya sektor lain seperti sektor pertanian dikorbankan yang akhirnya pembangunan hanya terpusat dikota-kota. Hal ini juga sesuai dengan hipotesa Kuznets, bahwa pada tahap pertumbuhan awal pertumbuhan diikuti dengan pemerataan yang buruk dan setelah masuk pada tahap pertumbuhan lanjut pemerataan semakin membaik. (Todaro, 2000) Faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan tersebut antara lain karena perbedaan pendidikan,ketersediaan lapangan pekerjaan, infrastruktur investasi, dan kebijakan (Arndt, 1988).
Dewasa ini, telah banyak para ahli pembangunan masyarakat pedesaan yang mengangkat permasalahan ini ke permukaan. Karena sesungguhnya yang terjadi petani tetap miskin, sebab persoalan yang berkaitan dengan produksi seperti kapasitas sumberdaya manusia, modal, dan kebijakan tetap sama dari tahun ke tahun walaupun bentuknya berbeda. Studi mengenai kemiskinan pedesaan oleh Sarman dan Sajogyo (2000) menunjukkan bahwa untuk daerah pedesaan di Sulteng mencapai 48,08% sementara untuk perkotaan sekitar 12,24%. Studi ini menggunakan pendekatan jisam (kajian 2 bersama) sehingga kriteria kemiskinan sangat lokalistik berkaitan dengan pemenuhan   kebutuhan dasar dan kepemilikan masyarakat.
Banyak proyek/program pemerintah yang sudah dilakukan untuk mendorong pembangunan perekonomian masyarakat pedesaan. Proyek/program tersebut dilakukan masing-masing departemen maupun antar departemen. Pada umumnya proyek-proyek yang digulirkan masih pada generasi pemberian bantuan fisik kepada masyarakat. Baik berupa sarana irigasi, bantuan saprotan, mesin pompa, pembangunan sarana air bersihdan sebagainya. Kenyataannya, ketika proyek berakhir maka keluaran proyek tersebut sudah tidak berfungsi atau bahkan hilang. beberapa faktor yang mempengaruhi kegagalan proyek tersebut antara lain, yaitu: (1) ketidak tepatan antara kebutuhan masyarakat dan bantuan yang diberikan (2) paket proyek tidak dilengkapi dengan ketrampilan yang mendukung (3) tidak ada kegiatan monitoring yang terencana (4) tidak ada kelembagaan di tingkat masyarakat yang melanjutkan proyek. Belajar dari berbagai kegagalan tersebut, generasi selanjutnya proyek-proyek mulai dilengkapi dengan aspek lain seperti pelatihan untuk ketrampilan, pembentukan kelembagaan di tingkat masyarakat, keberadaan petugas lapang, melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat(LSM). Atau dengan kata lain beberapa proyek dikelola dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat. Dibandingkan dengan generasi sebelumnya, hasil proyek lebih lama dimanfaatkan oleh masyarakat bahkan berkembang memberikan dampak positif.
Pemberdayaan adalah bagian dari paradigma pembangunan yang memfokuskan perhatiannya kepada semua aspek yang prinsipil dari manusia di lingkungannya yakni mulai dari aspek intelektual (Sumber Daya Manusia), aspek material dan fisik, sampai kepada aspek manajerial. Aspek-aspek tersebut bisa jadi dikembangkan menjadi aspek sosial-budaya, ekonomi, politik, keamanan dan lingkungan.
Telaah lebih lanjut paper ini adalah bagaimanakah peran pemberdayaan masyarakat desa dalam program-program pemerintah untuk peningkatan pendapatan. Kemudian seberapa besarkah kegiatan ekonomi masyarakat desa mendukung perekonomian nasional. Topik tersebut masih relevan untuk dibahas bagi agenda pembangunan ekonomi Indonesia ke depan, mengingat keberadaan masyarakat desa dari sisi kualitas dan kuantitas menjadi peluang dan tantangan.

Pendapat:
Dalam pembangunan bangsa Indonesia antara desa dengan kota pembangunannya tidak seimbang sehinggga pemerintah hanya memfokuskan pembangunan hanya pada kota sedangkan pada desa kurang diperhatikan. Jika pemerintah memfokuskan keduanya maka pendapatan di kota dan di desa akan seimbang sehingga perekonomian akan semakin meningkat. 
Sektor industri sekarang lebih mendominasi disbanding sector pertanian padahal kalau ditangani dengan baik akan menambah atau meningkatkan perekonomian suatu bangsa. Di sector pertanian banyak yang harus pemerintah fokuskan untuk memberdayakan masyarakat di desa seperti pendidikan dan infrastruktur.

Sumber: 
http://muhammadravi.blogspot.com/2012/11/masyarakat-desa-dan-masyarakat-kota.html
“Pemuda dan Perannya Sebagai Agen Perubahan Bangsa Indonesia”

Bangsa Indonesia yang terkenal akan kekayaan alamnya di dunia Negara yang berada disepanjang garis khatulistiwa dan ujung barat Indonesia (sabang) hingga ujung timur Indonesia (merauke) Indonesia pun memiliki luas laut yang sangat besar bahkan Indonesia terkenal dengan negara kepulauan. Indonesia merupakan negara yang sangat besar dengan potensi darat dan laut yang melimpah, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara kaya sumber daya alam. Untuk mengelola dan mengembangkan Sumber daya Alam yang ada tentunya diperlukan Sumberdaya Manusia yang dapat menghandel semua itu dengan baik, hal ini tentunya menjadi sebuah tantangan bagi pemuda Indonesia pada umumnya dan Mahasiswa pada khususnya karena dianggap sebagai golongan intelektual yang nantinya dapat membawa perubahan bangsa di masa mendatang.
Peranan pemuda dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia memang bersifat dominan dan monumental. Di era pra-kemerdekaan maupun di era kemerdekaan, pemuda selalu tampil dengan jiwa dan semangat kepeloporan,perjuangan, dan patriotismenya untuk mengusung perubahan dan pembaharuan. Karya-karya monumental para pemuda Indonesia itu dapat ditelusuri melalui peristiwa bersejarah antara lain; Boedi Oetomo (20 Mei 1908) yang kemudian diperingati sebagai Kebangkitan Nasional, Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928),Proklamasi Kemerdekaan (17 Agustus 1945), transisi politik 1966, di mana para pemuda dan mahasiswa mempelopori sebuah perubahan politik yang dramatis,mengantarkan munculnya era Orde Baru yang tergabung dalam KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda PelajarIndonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), dan sebagainya, serta gerakan Reformasi 1998 yang lumrah kita sebut Tragedi Semanggi (Berakhirnyarezim Soeharto).
Dari catatan sejarah di atas dapat menunjukkan bahwa tekad dan pergerakan yang dilakukan pemuda Indonesia zaman dahulu dan para mahasiswa dari tahun 1960an dapat memberikan perubahan bangsa. Ditunjukkan dengan adanya perubahan sistem pemerintahan yang berkuasa di masa-masa itu. Secara umum ada dua sudut pandang yang dapat membuat posisi mahasiswa sebagai sosok yang strategis dan istimewa yaitu secara kualitatif dan kuantitatif. Secara Kualitatif, mahasiswa memiliki idealisme yang murni, dinamis,kreatif, inovatif, dan memiliki energi yang besar bagi perubahan sosial. Idealisme yang dimaksud adalah hal-hal yang secara ideal mesti diperjuangkan oleh para mahasiswa, bukan untuk kepentingan diri sendiri dan kelompoknya, tetapi untuk kepentingan luas demi kemajuan masyarakat, bangsa dan negara. Secara Kuantitatif, terlihat bahwa jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih dari 230 juta orang dan sebagian besar berada dalam usia produktif yang dapat dijadikan sebagai asset bangsa, selain itu dari tahun ketahun prosentase para akademisi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi terus naik (mahasiswa semakin banyak).Dengan adanya fakta tersebut maka mahasiswa sebagai tumpuan dan harapanbangsa mendatang tidak dapat terbantahkan lagi, karena secara tidak langsung benih-benih mahasiswalah yang nantinya akan menggantikan para pemimpin bangsa saat ini.
                                     
Pendapat:

Perubahan suatu bangsa diakibatkan oleh para pemuda atau mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual dengan sikap perjuangan yang tinggi dan sudah di buktikan banyak nya peristiwa. Kemampuan pemuda memang menjadi patokan keadaan dari suatu bangsa jika kemampuan pemuda biasa-biasa saja atau tidak memilki tujuan untuk merubah suatu bangsa maka bangsa akan terpuruk. Dibandingkan zaman dahulu, pemuda sekarang memiliki kualitas sikap yang kurang bagus. Keadaan bangsa Indonesia saat ini untuk para pemuda hendaknya perlu dibenahi lagi untuk memperbaiki keadaan suatu bangsa agar terjadi perubahan. Pemuda atau mahasiswa sekarang banyak yang tidak berpikir jernih atau kurangnya kemampuan intelektual, ini dibuktikan banyak mahasiswa dan pemuda-pemuda melakukan aksi tawuran atau kekerasan yang sangat merugikan bangsa dan mengakibatkan tidak terjadinya perubahan suatu bangsa agar lebih baik. Pemuda saat ini dibutuhkan bimbingan atau ditanamkan sikap teladan agar pandangan masyarakat terhadap para pemuda dipandang bagus dan memilki intelektualitas yang tinggi.


Sumber:
http://muhammadravi.blogspot.com/2012/11/masyarakat-desa-dan-masyarakat-kota.html
“Peran Keluarga dalam Pembangunan Bangsa Indonesia”

Lingkungan keluarga memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Ayah dan ibu adalah teladan pertama bagi pembentukan pribadi anak. Keyakinan-keyakinan, pemikiran dan perilaku ayah dan ibu dengan sendirinya memiliki pengaruh yang sangat dalam terhadap pemikiran dan perilaku anak. Kepribadian manusia muncul berupa lukisan-lukisan pada  berbagai ragam situasi dan  kondisi dalam lingkungan keluarga peran lingkungan lingkungan keluarga  dalam mewujudkan kepribadian seseorang, baik lingkungan pra kelahiran maupun lingkungan pasca kelahiran adalah masalah yang tidak bisa dipungkiri khususnya lingkungan keluarga.
              Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Banyak hadis yang meriwayatkan pentingnya pengaruh keluarga dalam pendidikan anak dalam beberapa masalah seperti masalah aqidah, budaya, norma, emosional dan sebaginya. Keluarga menyiapkan sarana pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua dan lingkungannya.
            Keluarga merupakan institusi terkecil dalam masyarakat. Masyarakat adalah unit yang membentuk negara. Oleh karena itu, keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan setiap karakter individu. Karakter merupakan kunci bagi sumber daya manusia yang berkualitas. Sehingga, pendidikan karakter sejak usia dini merupakan hal yang penting.
            Berbagai masalah yang dihadapi di negara kita salah satunya diakibatkan oleh adanya krisis karakter  para pejabat negara. Misalnya saja kasus korupsi. Tidak hanya masalah pejabat negara dengan kasus korupsinya saja, namun juga masalah generasi muda bangsa yang nampaknya sudah jauh dari perilaku baik. Sebut saja tauran antar pelajar, sex pra nikah atau bahkan hal terkecil seperti menyontek, berlaku tidak sopan dengan teman, orang tua maupun guru dan berbicara tidak baik padahal semestinya masalah tersebut tidak akan terjadi jika keluarga melakukan fungsinya dengan benar. Semakin hari, dapat terlihat bahwa hancurnya nilai luhur yang terkandung dalam keluarga. Fungsi keluarga menurut Effendi 1998  khususnya fungsi psikologis adalah memberikan perhatian diantara anggota keluarga, memberikan pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas keluarga. Fungsi pendidikan yaitu salah satunya adalah mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya dalam kehidupan dewasa, serta fungsi sosialisasi yaitu membentuk norma tingkah laku sesuai dengan perkembangan anak. Sebenarnya, bila keluarga melakukan fungsinya dengan baik, maka semua masalah yang terkait dengan krisis karakter akan terselesaikan.
Namun, keluarga seringkali melewatkan begitu saja fase kritis dalam pembentukan sikap moral anak. Kadangkala orang tua tidak memikirkan bagaimana perkembangan moral anaknya sehingga tidak terlalu fokus dalam membentuk karakter anak agar menjadi seorang pribadi yang berkualitas di masa yang akan datang.    
            Oleh karena itu, pembangunan karakter tidak dapat terlepas dari keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar individu tersebut. Keluarga merupakan hal yang terpenting, karena keluarga ibarat akar yang menentukan akan menjadi apa dan bagaimana seorang individu tersebut.  Bila keluarga menjalankan fungsinya dengan baik, maka individu-individu yang dilahirkan akan mempunyai moral dan karakter yang baik sehingga dapat membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Bukan tidak mungkin bila negara kita dapat terlepas dari berbagai masalah krisis moral  karena disusun oleh masyarakat yang mempunyai keluarga yang berfungsi dengan baik.

Sumber: